Ada beberapa hal yang masih sulit dimengerti dan membuat penulis sepenuhnya gagal paham. Salah satunya adalah ketika harga bahan bakar minyak (selanjutnya disingkat dengan bbm) naik, secara kompak , teratur dan rapi harga-harga yang lain pun menjadi ikut-ikutan. Penulis gak tau apakah yang lain itu memang harus naik, atau cuma ikut-ikutan trend biar dibilang kekinian aja. Atau sekedar gengsi karena dipanas-panasin sama teman atau tetangganya. Contohnya kayak si cabai yang mungkin biasa kita kenal dengan sebutan cabe (yang beneran ya bukan diulang ditambah imbuhan an), konon katanya harganya jadi ikutan naik karena dipanasi oleh tomat sobatnya yang dialognya kurang lebih seperti ini "gak asik u cab, yang lain aja harganya naik masa u enggak. kurang gaul u kalau gak naik harga". Dan akhirnya si cabe pun karena gengsi jadi ikut-ikutan naik, karena dia juga berobsesi ingin menjadi trending topic juga di medsos.
Penulis sendiri punya pengalaman melihat bagaimana kenaikan harga-harga imbas dari efek domino kenaikan harga bbm. Seperti yang kita ketahui bersama penulis itu suka jajan (tanpa tanda petik, dan dengan makna yang sesungguhnya bukan makna yang tersirat). Pernah suatu waktu ketika harga bbm baru saja naik, penulis hendak jajan beli ketoprak. Dialognya kurang lebih seperti ini
P = Penulis
PT = Penjual keToprak (kalau PK takutnya artinya melenceng jauh)
p : bang toprak satu, cabenya tiga, gak usah pakai bawang putih, sama jangan pakai pare ya.
pt : wah mas dagangan saya ketoprak, mana ada yang pakai pare.
p : bener dong berarti pesanan saya
pt : iya sih
p : oh iya gak usah pakai piring ya
pt : maksudnya gimana gak pakai piring mas?
p : dibungkus , kalau bahasa kerennya pas direstoran sih tekawe..... (dibacanya take away ya) bang
pt : tapi pakai piring dulu ya, soalnya kalau gak gimana saya ngulek bumbu kacang tanahnya.
p : ok
Singkat cerita ketoprakpun selesai dibuat, dan saya hendak membayar, namun kata si abang kurang karena harganya naik mengikuti trend yang sedang berjalan yakni yang terpusat pada kenaikan harga bbm. Padahal secara logika saja, apa korelasi dari kenaikan harga bbm dengan ketoprak. Apakah pada mengulek bumbu ketoprak itu menggunakan bbm agar bisa berjalan, sampai saat ini pun ini menjadi salah satu misteri yang belum terpecahkan.
Lalu suatu ketika harga bbm pun mengalami penurunan, mungkin karena setelah naik dan mencapai puncak akhirnya harus turun juga. Dan yang terjadi adalah harga ketoprak pun masih tetap sama saja tanpa mengalami perubahan mengikuti trend turunnya harga bbm, apa mungkin karena ketoprak sudah tidak asik dan tidak lagi kekinian. Yah setidaknya kalau harganya masih tetap belum turun , porsinya gitu ditambah contoh dulu pakai tahu goreng 2potong sekarang jadi 4potong. Setidaknya menjadi lebih adil gitu. Dan ternyata setelah disurvey lebih lanjut bukan cuma ketoprak aja yang mengalami labil seperti itu, tetapi banyak dari yang lain juga sama. Ternyata benar mereka memang kompak sama-sama ingin naik tapi ogah turun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar