22 Jun 2016

Setahun Sekali

Belakangan ini sering terngiang-ngiang lagu anak-anak semasa tahun 90an kalau gak salah nama penyanyinya Dhea Ananda, judulnya penulis lupa karena udah lama (yah jadi ketahuan kan usia penulis kisaran berapa). Yang biasa dinyanyikan ketika menjelang hari raya atau menjelang lebaran, tapi kali ini liriknya mau diganti ah sedikit biar kekinian.

Beli Baju Baru alhamdulilah,
Tuk dipakai dihari raya.
Gak punya uang ya bisa minta
Duitnya malak THR dari pengusaha.

Handphone baru alhamdulilah,
Tuk dipakai dihari raya.
Gak punya handphone gak apa-apa
Masih bisa nyari di bus antar kota.

Kendaraan baru alhamdulilah
Tuk dipakai dihari raya.
Gak punya pun gak apa-apa
Bisa sewa yang penting gaya.

yah kira-kira jadi seperti itu ya penggalan liriknya. Mungkin dari pembaca yang lain masih bisa menambahkan sendiri ya. Semua ini nyata benar ini sungguh. Gak tahu kenapa ada doktrin yang melekat didalam pikiran khalayak ramai "setahun sekali", jadilah sebuah paradigma yang melantur seperti ini.

Curcol dikit, setiap menjelang hari raya pun tiba-tiba penulis jadi banyak punya pegawai imajiner. Mereka biasanya datang berombongan sambil berkata "bos, mohon partisipasinya untuk tunjangan hari raya. Setahun sekali bos". Padahal sumpah penulis juga gak kenal siapa mereka, mungkin mereka hanya datang juga setahun sekali untuk meminta "partisipasi" yang gak jelas untuk apa itu. Intensitas kedatangannya pun semakin mendekati hari raya, seperti suasana lalu lintas di jalur pantura semakin padat merayap alias semakin sering saja. Yah nama juga SETAHUN SEKALI ya......., mungkin penulis juga akan menulis tulisan yang sama ini setahun sekali.

17 Jun 2016

Edisi Ramadan

Abang Mpok aye ada pantun nih.

Beli perban di apotik punya bang ramdan
Titipan dari bang Mamat dan mpok Ati
Jalani Maraban ya Ramadan
Dengan saling hormat dan menghormati

Kali ini dibuka sama pantun dulu ya, biar ada yang bilang "cakep" kepada penulis. Sekarang ini sedang bulan ramadan atau bisa juga disebut bulan puasa. Ada banyak hal menarik selama bulan puasa nih, karena konon katanya bulan ini bulan yang penuh berkah.

Tidak tau kenapa setiap bulan puasa ini, harga-harga bahan kebutuhan pokok meningkat terutama harga-harga bahan pangan. Alasan klasik yang biasa diceritakan adalah, jumlah permintaan naik. Padahal jika ditelaah lebih lanjut, ketika bulan puasa frekuensi orang makan itu semakin berkurang karena puasa (hanya makan setelah buka dan sebelum imsak) tetapi kenapa jumlah permintaan meningkat (?)

Setiap bulan puasa ini juga jumlah pengemis dikota-kota besar bertambah jumlahnya. Mungkin hal ini disebabkan banyak yang tergiur dengan penghasilan menjadi pengemis, dengan modal sedikit (bahkan tanpa modal) bisa memperoleh hasil melimpah dan tidak membutuhkan banyak tenaga (hanya membuang jauh rasa gengsi dan malu).

Ada berbagai macam jenis pengemis ketika sedang "bekerja", diantaranya. Diantaranya sering berkat "pak/bu dari pagi belum makan", kalau dibulan puasa ya wajar dong sehabis imsak ya tidak boleh makan untuk yang menjalankan ibadah puasa. Atau juga ada yang berkata "sedekahnya pak/bu untuk kaum fakir", kalau ada yang seperti itu ketemu sama penulis jawabannya cuma "Saya juga seorang fakir, tapi tidak mengemis. Karena saya fakir asmara bukan pengemis cinta" (sambil nyetel lagu lawas om Joni Iskandar). Atau ada pun yang nyeleneh dengan berkata "pak/bu dah tiga kali puasa tiga kali lebaran gak pulang-pulang", kalau ketemu yang berkata seperti ini. Segera lapor ke pos polisi terdekat karena bisa saja di itu ternyata bang Toyib yang sudah melegenda didaerah pantura. Kasihan keluarganya udah mencari-cari , bahkan sampai dinyanyikan dari panggung ke panggung.

Selain pengemis yang bertambah populasinya, yang banyak menjamur juga itu penjual makanan untuk berbuka puasa yang bahasa kerennya disebut takjil. Biasanya berjualan ditempat-tempat keramaian dengan menggunakan meja sederhana, dan yang dijual pun jajanan yang menarik seperti teh manis, kolak, bubur sumsum, lontong, gorengan dan sejenisnya. Walaupun penulis gak menjalankan ibadah puasa karena, penulis ini minoritas dinegara ini tetapi senang saja kalau jajan takjil ini.

Sekian edisi ramadan kali ini.