Selain bersepeda untuk berangkat ketempat beraktifitas, penulis terkadang berjalan kaki. Tujuannya tuh biar sehat aja, bergerak sambil kejemur matahari pagi. Namun ada beberapa hal yang membuat penulis segan berjalan kaki, selain trotoar yang mulai menghilang dan sekarang berganti dengan taman yang tidak seberapa pantas. Ada juga beberapa hal-hal lain yang cukup unik.
1. Calo angkot yang rese
Ketika sedang berjalan kaki dan tiba di perempatan yang banyak angkot berbagai jurusan mengetem, sering kali ketemu sama yang namanya calo rese. Para calo itu selalu berkata "mau kemana bang? ayo xxx bang" (xxx disini adalah nama daerah yang dilalui oleh trayek angkot itu) sambil narik-narik. Hal pertama yang membuat sebel adalah ditarik-tarik, emangnya penulis tambang acara tujuh belasan ditarik-tarik. Hal kedua dan yang paling membuat sebel, nama penulis itu bukan Bambang. Jadi jangan seenaknya mengganti nama orang ya, izin dulu sama yang memberi nama.
2. Tukang ojek non online yang mangkal
Diperempatan itu selain banyak angkot ada banyak juga tukang ojek yang mangkal. Tukang ojek ini tipikal orang yang membuat orang lain gede rasa, karena setiap orang dipanggilnya dengan sebutan bos, kalau sedang menawarkan jasanya mereka selalu berkata "ojek bos". Pernah sewaktu-waktu penulis iseng ketika berjalan ada tukang ojek yang menawari, ya penulis langsung naik aja. Setelah naik si tukang ojek bertanya "kemana ini kita bos?", ya penulis jawab aja "terserah, kan situ yang ngajak".
3. Orang-orang misterius
Sering sekali ketika dijalan penulis juga bertemu dengan orang yang menyapa penulis. Masalahnya kebanyakan dari mereka itu sedang naik motor dan pakai helm fullface, dan juga kecepatannya tinggi. Karena penulis tidak sombong (selain rajin menabung juga), penulis sapa balik aja. Padahal sih gak mengenali siapa yang tadi memanggil atau menyapa
4. Pengendara Motor yang (maaf) tidak punya isi kepala
Kita semua sudah tau, kalau dalam kepala manusia ada otak. Dan untuk melindungi kepala beserta isinya ketika berkendara sepeda atau sepeda motor diperlukan helm. Tujuannya sih jelas untuk melindungi kepala beserta isinya dari benturan jika (mudah-mudahan tidak sampai) terjatuh ketika berkendara. Yang sering penulis temui adalah pengendara kepalanya kayaknya gak berisi, karena gak dilindungi dan yang lebih sakti lagi "kaum" mereka itu doyan namanya "contra flow" (biar keliatan keren aja). Dan yang paling kampret tuh sering naik-naik ke trotoar, penulis pernah tuh lagi jalan di catwalk eh salah trotoar masih nyaris ditabrak sama "kaum" itu.
5. Jalanan yang Becek
Sudah lumrah kalau sehabis hujan jalan menjadi basah , tapi yang gak lumrah kalau gak hujan itu jalanan tetap basah. Didekat tempat penulis ada tuh yang seperti itu , padahal malamnya tidak hujan pagi-paginya jalanan tetap saja becek mana gak ada ojek (soalnya mereka dongkol habis dikerjain). Ternyata hal itu dikarenakan malam sebelumnya dijalan itu dijadikan pasar sayur, ikan, daging, buah dan sejenisnya disana. Setelah pagi tersisa dah becek dan sampahnya yang memiliki aroma yang sangat khas, yakni aroma pasar yang menyengat.
Nah itulah beberapa pengalaman penulis ketika berjalan kaki.
Hanya sekedar beberapa coretan iseng yang diketik pada saat senggang ataupun pada saat mendapatkan inspirasi , yang mungkin bisa berguna
30 Mei 2016
17 Mei 2016
Orasi (ORa Ada iSI)
Penulis itu tidak terlalu suka dengan namanya pergi ke mall, dalam kurun waktu 1 edisi kalender saja bisa dihitung pakai jari tangan berapa kali penulis pergi ke mall. Mungkin ada yang beranggapan kalau penulis ini kurang gaul dan tidak kekinian jadi tidak suka pergi ke mall, atau mungkin ada juga yang beranggapan kalau penulis ini pas di mall itu sendirian dan sering iri melihat pengunjung mall lain yang (biasanya) sama pasangan. Kalau kalian berpikiran seperti itu buang jauh-jauh hal tersebut, karena seperti yang pernah penulis bilang "gw juga punya cinta tapi gak gw umbar".
Penulis tuh gak suka sama mall karena banyak penipuan disana, terutama pada bagian penjualan produk-produk pakaian. Disana sering diumumkan adanya "Big Sale" atau "Jumbo Sale" tetapi pas penulis datang dan lihat disana pakaian yang dijual ukurannya gak ada yang Big atau Jumbo. Pernah suatu ketika penulis protes ke pramuniaga produk fashion itu, dan jawaban dari pramuniaga seperti ini "Mas, disini itu hanya menjual pakaian ukuran manusia. Belum jual pakaian ukuran beruang/panda". Pramuniaga itu gak tau kali ya, kalau lembaga penulis ini gak besar-besar amat kok orang lain aja yang lebih kecil (kalau yang punya kamus besar bahasa indonesia, tolong cari arti kata badan, lembaga, dewan, dan majelis biar gak salah).
Selain itu di mall sendiri adalah tempat yang ramai, yang tidak terlalu penulis sukai. Karena kalau ditempat ramai gitu penulis sering difitnah. Penulis lagi diam saja sering dibilang makan, makan tempat katanya. Padahal yang namanya makan itu kan memasukan sesuatu yang berbentuk padat kedalam mulut dan menelannya, kalau tempat gimana menelannya coba gak pada mikir apa. Padahal kan penulis tuh tidak gemuk cuma tulangnya saja yang besar, kulitnya lebih tebal, pipi lebih chubby dan yah sedikit lebih berbobot lah dibanding orang kebanyakan(ini tuh cuma dibuat lebih santun dan elok saja ya).
Salah satu yang membuat penulis juga gak suka sama mall adalah masalah parkir, yang ada cuma parkir mobil baik biasa atau vallet dan parkir motor baik biasa ataupun motor gede. Penulis kan sebagai salah satu pencinta moda transportasi bahan bakar gowes yakni sepeda, jadi bingung kalau ke mall parkir gimana. Kalau untuk pengguna sepeda lipat mungkin bisa lah dilipat sepedanya lalu dimasukkan tas dan dibawa kedalam mall. Lah untuk penulis sendiri yang sering disebut mirip beruang atau difitnah sering makan, gak mungkin mengendarai yang namanya sepeda lipat karena kasihan sepedanya.
Untuk yang belum tau, profesi penulis sendiri sama seperti Chris John. Kami sama-sama bergerak dibidang jual-beli, bedanya kalau penulis jual-beli barang dan jasa kalau Chris John itu jual beli pukulan. Nah beberapa suplier penulis itu bermarkas di sebuah mall yang cukup aneh. Namanya Mangga Dua Mall , bahasa gaulnya M2M biar kekinian aja disingkat. M2M sendiri adalah salah satu contoh mall yang aneh disana tidak ada bioskop, bahkan ketika hari minggu, hari besar atau tanggal merah lainnya disana itu sepi macam kuburan nyaris tidak ada toko yang buka. Sungguh kontras dengan mall-mall yang lain ya, dan itu salah satu mall yang cukup sering penulis kunjungi dibanding mall lainnya.
Penulis tuh gak suka sama mall karena banyak penipuan disana, terutama pada bagian penjualan produk-produk pakaian. Disana sering diumumkan adanya "Big Sale" atau "Jumbo Sale" tetapi pas penulis datang dan lihat disana pakaian yang dijual ukurannya gak ada yang Big atau Jumbo. Pernah suatu ketika penulis protes ke pramuniaga produk fashion itu, dan jawaban dari pramuniaga seperti ini "Mas, disini itu hanya menjual pakaian ukuran manusia. Belum jual pakaian ukuran beruang/panda". Pramuniaga itu gak tau kali ya, kalau lembaga penulis ini gak besar-besar amat kok orang lain aja yang lebih kecil (kalau yang punya kamus besar bahasa indonesia, tolong cari arti kata badan, lembaga, dewan, dan majelis biar gak salah).
Selain itu di mall sendiri adalah tempat yang ramai, yang tidak terlalu penulis sukai. Karena kalau ditempat ramai gitu penulis sering difitnah. Penulis lagi diam saja sering dibilang makan, makan tempat katanya. Padahal yang namanya makan itu kan memasukan sesuatu yang berbentuk padat kedalam mulut dan menelannya, kalau tempat gimana menelannya coba gak pada mikir apa. Padahal kan penulis tuh tidak gemuk cuma tulangnya saja yang besar, kulitnya lebih tebal, pipi lebih chubby dan yah sedikit lebih berbobot lah dibanding orang kebanyakan(ini tuh cuma dibuat lebih santun dan elok saja ya).
Salah satu yang membuat penulis juga gak suka sama mall adalah masalah parkir, yang ada cuma parkir mobil baik biasa atau vallet dan parkir motor baik biasa ataupun motor gede. Penulis kan sebagai salah satu pencinta moda transportasi bahan bakar gowes yakni sepeda, jadi bingung kalau ke mall parkir gimana. Kalau untuk pengguna sepeda lipat mungkin bisa lah dilipat sepedanya lalu dimasukkan tas dan dibawa kedalam mall. Lah untuk penulis sendiri yang sering disebut mirip beruang atau difitnah sering makan, gak mungkin mengendarai yang namanya sepeda lipat karena kasihan sepedanya.
Untuk yang belum tau, profesi penulis sendiri sama seperti Chris John. Kami sama-sama bergerak dibidang jual-beli, bedanya kalau penulis jual-beli barang dan jasa kalau Chris John itu jual beli pukulan. Nah beberapa suplier penulis itu bermarkas di sebuah mall yang cukup aneh. Namanya Mangga Dua Mall , bahasa gaulnya M2M biar kekinian aja disingkat. M2M sendiri adalah salah satu contoh mall yang aneh disana tidak ada bioskop, bahkan ketika hari minggu, hari besar atau tanggal merah lainnya disana itu sepi macam kuburan nyaris tidak ada toko yang buka. Sungguh kontras dengan mall-mall yang lain ya, dan itu salah satu mall yang cukup sering penulis kunjungi dibanding mall lainnya.
Langganan:
Postingan (Atom)