30 Mei 2016

Pengalaman Waktu Berjalan Kaki

Selain bersepeda untuk berangkat ketempat beraktifitas, penulis terkadang berjalan kaki. Tujuannya tuh biar sehat aja, bergerak sambil kejemur matahari pagi. Namun ada beberapa hal yang membuat penulis segan berjalan kaki, selain trotoar yang mulai menghilang dan sekarang berganti dengan taman yang tidak seberapa pantas. Ada juga beberapa hal-hal lain yang cukup unik.

1.  Calo angkot yang rese
     Ketika sedang berjalan kaki dan tiba di perempatan yang banyak angkot berbagai jurusan mengetem, sering kali ketemu sama yang namanya calo rese. Para calo itu selalu berkata "mau kemana bang? ayo xxx bang" (xxx disini adalah nama daerah yang dilalui oleh trayek angkot itu) sambil narik-narik. Hal pertama yang membuat sebel adalah ditarik-tarik, emangnya penulis tambang acara tujuh belasan ditarik-tarik. Hal kedua dan yang paling membuat sebel, nama penulis itu bukan Bambang. Jadi jangan seenaknya mengganti nama orang ya, izin dulu sama yang memberi nama.

2.  Tukang ojek non online yang mangkal
     Diperempatan itu selain banyak angkot ada banyak juga tukang ojek yang mangkal. Tukang ojek ini tipikal orang yang membuat orang lain gede rasa, karena setiap orang dipanggilnya dengan sebutan bos, kalau sedang menawarkan jasanya mereka selalu berkata "ojek bos". Pernah sewaktu-waktu penulis iseng ketika berjalan ada tukang ojek yang menawari, ya penulis langsung naik aja. Setelah naik si tukang ojek bertanya "kemana ini kita bos?", ya penulis jawab aja "terserah, kan situ yang ngajak".

3. Orang-orang misterius
   Sering sekali ketika dijalan penulis juga bertemu dengan orang yang menyapa penulis. Masalahnya kebanyakan dari mereka itu sedang naik motor dan pakai helm fullface, dan juga kecepatannya tinggi. Karena penulis tidak sombong (selain rajin menabung juga), penulis sapa balik aja. Padahal sih gak mengenali siapa yang tadi memanggil atau menyapa

4. Pengendara Motor yang (maaf) tidak punya isi kepala
    Kita semua sudah tau, kalau dalam kepala manusia ada otak. Dan untuk melindungi kepala beserta isinya ketika berkendara sepeda atau sepeda motor diperlukan helm. Tujuannya sih jelas untuk melindungi kepala beserta isinya dari benturan jika (mudah-mudahan tidak sampai) terjatuh ketika berkendara. Yang sering penulis temui adalah pengendara kepalanya kayaknya gak berisi, karena gak dilindungi dan yang lebih sakti lagi "kaum" mereka itu doyan namanya "contra flow" (biar keliatan keren aja). Dan yang paling kampret tuh sering naik-naik ke trotoar, penulis pernah tuh lagi jalan di catwalk eh salah trotoar masih nyaris ditabrak sama "kaum" itu.

5. Jalanan yang Becek
    Sudah lumrah kalau sehabis hujan jalan menjadi basah , tapi yang gak lumrah kalau gak hujan itu jalanan tetap basah. Didekat tempat penulis ada tuh yang seperti itu , padahal malamnya tidak hujan pagi-paginya jalanan tetap saja becek mana gak ada ojek (soalnya mereka dongkol habis dikerjain). Ternyata hal itu dikarenakan malam sebelumnya dijalan itu dijadikan pasar sayur, ikan, daging, buah dan sejenisnya disana. Setelah pagi tersisa dah becek dan sampahnya yang memiliki aroma yang sangat khas, yakni aroma pasar yang menyengat.

Nah itulah beberapa pengalaman penulis ketika berjalan kaki.

1 komentar:

  1. ya berjalan kaki memang banyak tantangannya pada zaman sekarang ini yg serba modern dan canggih karena dianggap kuno dan miskin. Tapi jika sudah tahu manfaat jalan kaki maka akan rajin berjalan kaki dibanding berkendaraan pribadi

    BalasHapus