Jumpa lagi.......... dengan saya penulis yang (masih belum) terkenal ini, karena belakangan ini temanya ringan dan sering berkisah tentang dongeng (mungkin karena pengaruh dari mood juga, atau malah karena belum dapat inspirasi). Kali ini kembali penulis mendongeng, mudah-mudahan belum bosan membacanya.
Kisah kali ini adalah sebagai berikut.
Disebuah desa hidup seorang anak perempuan, yang mana anak itu masih berusia remaja sekitar 14-15 tahun lah kira-kira. Anak perempuan ini memiliki seekor sapi betina yang didapatkannya dengan cara menang undian doorprize di pekan raya jakarta :hammer:, seperti sapi betina pada umumnya sapi si anak menghasilkan susu dan si anak berencana untuk memerah susu dari sapinya setiap hari.
Saat anak itu memerah susu sapi, ia pun mulai membayangkan bahwa satu jerigen susu sapi segar yang akan didapatkannya akan bisa dijual dan menghasilkan uang. Dari uang penjualan susu itu nantinya akan dia belikan sepasang ayam yang akan dipeliharanya kelak, dan nanti dari sepasang ayam itu akan berkembang biak sehingga menjadi banyak dan sang anak pun menjadi peternak ayam yang hebat semacam oom Bob Sadino (alm).
Setelah selesai memerah sapi dan susu berhasil terkumpul dalam sebuah jerigen. Sang anak pun berjalan dengan semangat ke pasar untuk menjual susu segar tersebut. Dikarenakan terburu-buru (mungkin karena saking semangatnya) sang anak tersandung hingga jatuh, dan jerigen susu yang dibawanya terlempar sehingga susu nya pun tumpah.
Sang anak pun menangis terisak dengan sedih, dan menarik perhatian orang yang lewat dijalan menuju pasar itu. Namun dikarenakan era zaman yang sudah termodernisasi tidak ada yang menyapa anak itu, yang ada mereka hanya mengambil gambar dan merekam video tangisan anak itu dan menguploadnya di media sosial :hammer2:. Sampai ada seorang kakek tua yang lewat dan menghampiri sang anak, mungkin karena si kakek belum punya smartphone atau gaptek eh salah maksudnya peduli.
Terjadilah diskusi antara mereka
Sang kakek : "mengapa kau menangis nak? ";
Si Anak : "barusan aku terjatuh dan susu hasil aku memerah tumpah";
Sang kakek : "apakah kau menangis karena sakit akibat jatuh atau kau menangisi susu yang tumpah itu?";
Si Anak : "aku menangis bukan karena sakit, tapi karena susu yang tumpah itu. Karena susu yang tumpah itu aku batal menjadi peternak ayam yang sukses";
Sang kakek : "mengapa tumpahnya susu itu menyebabkan kau gagal jadi peternak ayam yang sukses ? " , dengan ekspresi wajah yang bingung;
Si anak menjelaskan semua yang menjadi rencana dia sebelumnya (dari beli sepasang ayam sampai jadi kayak om Bob), dan sang kakek mendengarkan cerita itu. Setelah itu sang kakek pun berkata pada sang anak "anak yang bercita-cita tinggi, namun untuk saat ini kau janganlah menangisi hal yang ada dimasa depan dan belum terjadi adanya. Yang perlu kau lakukan adalah kau pulang bersihkan badan dan jerigen susu milikmu. Lalu besok kau perah lagi susu sapi dan jual kepasar, namun harus lebih berhati-hati dalam perjalanan."
Akhirnya si anak pun terbangun dan mengambil jerigen susunya lalu pulang kerumahnya, dengan kembali riang dan semangat seperti sebelumnya. Karena si anak telah sadar untuk apa dia menyesali yang telah terjadi dan menangisi segala sesuatu yang belum pernah terjadi yang hanya baru ada dalam pikirannya saja.
Catatan kaki eh tangan eh ketikan atau apapun namanya lah :
ada satu bait yang mau penulis tambahkan dalam kisah ini
Tak sepatutnya mengenang sesuatu yang telah berlalu,
tak sepatutnya berharap pada sesuatu yang akan datang.
Sesuatu yang telah berlalu adalah hal yang sudah lampau,
dan sesuatu yang akan datang adalah yang belum tiba
Tidak ada komentar:
Posting Komentar