3 Feb 2016

Gagal Paham IX

Tanpa terasa saat ini sudah memasuki bulan pebruari, bulan yang tidak terlalu penulis sukai. Karena penulis susah melapalkan hurup "ep", dan juga dikarenakan bulan ini jumlah harinya sedikit. Untuk para pekerja mungkin menyenangkan karena jumlah hari kerja lebih sedikit namun bayaran yang diterima itu tetap. Sedangkan untuk orang seperti penulis yang menggantungkan hidupnya dibidang perdagangan itu agak kesulitan karena harus mengejar target yang sama dengan jumlah hari yang lebih sedikit.

Biasanya dibulan ini pebruari ini juga memasuki puncaknya musim hujan, yang mana hujan makin sering turun dan mudah-mudahan selamanya turun alias tidak pernah naik (aneh kalau hujan naik). Ada yang bilang dikarenakan dibulan pebruari ini ada perayaan Tahun baru imlek dan capgome. Yang biasanya dirayakan oleh para warga keturunan tionghoa, contohnya seperti penulis ini.

Tahun baru imlek sendiri adalah perayaan pergantian tahun kalender tiongkok, yang konon katanya berasal dari pergantian musim dingin kemusim semi pada daratan tiongkok pada zaman dahulu. Sedangkan capgome adalah perayaan tanggal 15 pertama pada kalender tiongkok yang merupakan berakhirnya perayaan tahun baru imlek.

Pada saat perayaan tahun baru imlek, itu seperti perayaan lebaran atau natal untuk orang-orang lain. Yang mana akan ada yang namanya kumpul seluruh keluarga atau bersilahturahmi mengunjungi keluarga satu persatu. Biasanya pihak yang lebih mudah mengunjungi pihak yang lebih tua, dan juga untuk yang sudah menikah memberikan angpao (alias amplop merah berisi uang, atau sejenis) kepada yang belum menikah.

Yang namanya acara kumpul keluarga itu pasti ada saja ucapan doa atau sejenisnya. Seperti contohnya setiap tahun pasti penulis dapat ucapan "semoga usahanya maju, enteng jodohnya, banyak rejeki nya" dan sejenisnya. Kalau kita telaah,kantor penulis (pokoknya maunya disebut kantor biar keren, kalau disebut toko terlalu mainstream) sudah pernah penulis dorong-dorong sampai detik ini gak mau maju satu milimeter pun dan lagi posisi kantor penulis berada ditepi jalan raya, kalau kalau posisinya maju berarti akan berada ditengah jalan itukan bahaya. Jadi mungkin ucapan doanya bisa diralat menjadi "semoga usahanya semakin berkembang , baik itu aset, jumlah transaksi atau keuntungannya".

Sedangkan untuk doa "semoga enteng jodoh",  penulis sendiri cukup sadar diri bahwa penulis itu berat. Jangan ditanya berapa berat badannya, karena hubungan penulis dengan alat timbang badan sedang kurang harmonis. Sudah lama kami tidak berkomunikasi satu sama lain, mungkin dikarenakan alat timbang badan itu terkadang terlalu jujur tanpa memahami perasaan orang yang menaikinya. Coba bayangkan kalau jodoh penulis itu enteng, kan kasian jadinya. Jadi mungkin ucapan doanya bisa diralat menjadi "semoga lekas dapat jodoh, yang sebagaimana mestinya dan seharusnya".

Sedangkan untuk ucapan doa "semoga banyak rejekinya" penulis tidak akan memberi masukan untuk merevisi ucapan itu, mungkin pembaca ada yang punya ide?


Tidak ada komentar:

Posting Komentar