23 Feb 2016

Kompilasi Percakapan Unik dengan para Penjual Makanan (2)

Untuk yang belum mengetahui, penulis ini hobi sekali akan jajan itu karena penulis masih muda, belum menikah dan masih polos. Karena kalau sudah dewasa, konotasi kata "jajan" itu bisa saja berubah makna. Seperti pernah penulis dengar seorang istri menggugat cerai suaminya karena suaminya suka "jajan". Mungkin saja karena jajanan sang suami itu mengandung bahan-bahan berbahaya, contohnya seperti mengandung madu. Tidak tahu kenapa para istri itu tidak suka dengan yang namanya madu. Jadi pria dewasa yang sudah menikah, kalau ingin mengetes apakah madu asli atau tidak. Bawa saja kepada istri kalian, kalau istri marah dan minta cerai tidak dipungkiri itu adalah madu asli bukan palsu, tidak perlu dibakar dibekukan atau sejenisnya.

Wah jadi kepanjangan hanya untuk pembukaan saja, jadi kita langsung ke sub pembahasan kali ini. Yakni kumpulan percakapan unik penulis dengan para tukang jajanan atau penjual makanan yang pernah penulis alami.

5. Tukang Somay Yang optimis
Selain punya langganan tukang batagor & somay, penulis juga punya langganan penjual yang hanya menjual somay saja. Penjual somay ini terlihat sangat optimis terlihat dari percakapan berikut.
Keterangan
P = Penulis
TS = Tukang Somay

P   : Pak , dibungkus dong sepuluh ribu rupiah.
TS  : Pakai apa saja nih?
P : Campur saja, tidak usah pakai pare
TS : Kenapa kok gak pakai pare?
P : Pare itu pahit pak, walaupun rasanya tidak sepahit ditolak cinta
TS : Bisa aja nih, iya nih gak kenapa ya petani pare itu kasian lho. Mereka menanam pare berhektar-hektar semuanya hasilnya pahit , satu pun tidak ada yang manis.
P : iya atuh pak, kalau pare nya manis gak laku.
TS : sama juga seperti petani jeruk limau (sambil menunjukan jeruk limau) mereka menanam jeruk limau semua hasilnya asam, dan lagi gak gede-gede jeruknya segitu-gitu aja. Tapi tenang dengan usaha dan doa bisa saja suatu saat kelak pare dan jeruk limau hasil tanaman para petani akan menjadi manis. Karena semua akan indah pada waktunya (itupun kalau ada duitnya)

Mungkin itu tukang somay adalah fans garis keras dari motifator pak Mario Tegang, jadi perkatanya lemper sekali.


6. Tukang mie ayam bakso pujangga
Suatu ketika ketika sedang diperjalanan penulis merasa lapar karena memang sudah waktunya jam makan, melihat ke sekeliling ada gerobak penjual mie ayam bakso. Maka penulis pun memutuskan untuk singgah dan makan disana, namun apa daya ternyata tukang mie ayamnya adalah seorang pujangga.w
Keterangan
P    = Penulis
TMB = Tukang Mie ayam Bakso

P     : Bang mie ayam satu, makan disitu aja (sambil nunjuk meja) ya gak makan disini.
TMB : Wah mie ayamnya habis mas
P     : Kalau begitu bakso saja deh
TMB : Baksonya juga habis mas
P     : kalau gitu apa yang tersisa , saya lapar nih mau makan.
TMB : yang tersisa hanyalah penyesalan mas
P     : Oke kalau penyesalan bisa dimakan , saya pesan itu aja deh satu
TMB : bisa mas, namun penyesalan itu rasa tidak enak lho.
P     : (mulai bingung) gapapa bang yang penting bisa dimakan (sambil mencoba meladeni TMB yang pujangga sejati itu)
TMB : oke
Setelah menunggu lama ini pesanan penulis kok gak datang-datang, maka penulis pun bertanya kepada tukang mie ayam bakso tersebut.
P    : bang mana nih pesanan saya, kalau begini saya bisa terlambat nih.
TMB: Yah begitulah bung, yang namanya penyesalan pasti akan selalu terlambat.

Akhirnya dengan dongkol penulis pergi dari gerobak tersebut, dan melanjutkan perjalanan. Rasanya itu menyebalkan pas lagi lapar kok ketemu pujangga semacam itu. Gak jadi deh penulis makannya.


7. Tukang Karedok Curhat.
Dikarenakan penulis adalah seekor omnivora yang selain memakan daging, penulis juga memakan sayur-sayuran. Yang penulis suka diantaranya adalah salad ala sunda, yang terkenal dengan nama karedok. Yakni potongan sayur mentah diaduk dengan saus bumbu kacang ulek. Pernah suatu waktu ketika membeli karedok , sang penjual karedoknya curhat.
Keterangan
P   = Penulis
TK  = Tukang Karedok.

P    : karedoknya satu pak, pakai cabe nya 3aja. Yang aslinya cabe nya bukan cabe-cabean.
TK  : Siap, nah kayak gini nih jelas pesanannya. Tadi ada orang yang pesan karedok mintanya jangan pedas, tapi tetap ingin menggunakan cabe. Pas disuguhkan dia komplain katanya pedas, padahal sudah hanya menggunakan cabe 1buah saja cabe asli lagi. Tau gitu mending dia bilang aja gak usah pakai cabe.
P    : lah tumben ngomongny panjang lebar si bapak
Lalu sambil mengulek tukang karedok itu pun cerita
TK  : Iya nih saya lagi pusing, anak saya dah mau lulus SMP dan ingin melanjutkan ke STM. Sedangkan saya maunya dia masuk SMK aja.
P   : lah pak STM sama SMK kan sekarang sama aja pak.
TK  : beda mas, STM itu Sekolah Tukang Mie sedangkan SMK itu Sekolah Menjual Karedok. Alias dia melanjutkan bisnis keluarga.
P    : yah pak, sekarang itu sudah masuk masa wajib belajar 12tahun pak. Jadi lebih baik dari SMP anak bapak melanjutkan sekolah lagi.
TK   : Mang si mas nya lulusan mana?
P    : Saya dulu kuliah pak, sampai lulus jadi sarjana
TK   : ooo kuliah dimana mas?
P     : di UI pak
TK   : wih hebat mas bisa kuliah di universitas indonesia.
P     : gak pak dulu saya kuliah sambil bantu ibu saja jualan, Jadi nama kampusnya Usaha Ibu. Mirip-miriplah sama UI yang didepok.


ya untuk sementara cukup sampai disini dulu ya (padahal bahan atau materinya penulis mulai abis)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar