Di negara asal penulis ada banyak musim ada musim hujan, musim panas, musim durian, musim pemilu, musim nikah, dan sebagainya. Yang mau penulis bahas kali ini adalah musim nikah, entah kenapa banyak sekali pernikahan dilangsungkan sebelum musim hujan tiba. Saat musim nikah tiba tiba-tiba jadwal setiap akhir pekan menjadi penuh untuk pergi kesatu tempat resepsi ketempat resepsi lainnya.
Ada hal yang menyebalkan disetiap acara resepsi pernikahan tersebut, kalau penulis datang sendirian pasti ada saja pertanyaan yang selalu sama (mungkin mereka pada janjian kali ya pas mau bertanya) "kok sendirian ? pasangannya mana? kapan menyusul?".
Pertanyaan tersebut itu seperti pukulan kombinasi Chris John yang sulit dibendung atau ditahan lagi ketika sudah dilepaskan.
Penulis juga punya kombinasi jawaban untuk kombinasi pertanyaan tersebut yaitu "iya sendirian. pasangannya ada kok tapi jauh, jauh dimasa depan. Menyusulnya nanti kalau pasangannya dah ada".
Terbersit keinginan oleh penulis untuk mengajukan pertanyaan balik terutama pertanyaan "kapan menyusul?" pada saat momen atau acara yang lain, kepada mereka yang selalu mengeluarkan jurus kombinasi pertanyaan itu, momennya adalah ketika sedang melayat. Cuma sayangnya hal itu belum bisa terwujud karena masih bertentangan dengan akal sehat dan norma yang berlaku.
Untuk menikah itu sebenarnya syaratnya gak susah kok, gak perlu cantik/tampan, kaya/mapan, seiman dan sebagainya. Cuma ada beberapa kriteria mutlak yang diperlukan untuk menikah. Kriterianya adalah sebagai berikut :
1. Ada Pasangannya.
Percuma kalau pasangan cantik/tampan, kaya/mapan, seiman, dsb. tapi kalau tidak ada atau baru sekedar wacana atau angan-angan belaka, Pernikahan tidak akan bisa dilangsungkan.
2. Beda Jenis Kelaminnya
Andai kriteria lain seperti cantik/tampan, kaya/mapan, seiman, sudah ada pasangannya , dsb sudah terpenuhi, namun ternyata jenis kelaminnya sama. Pernikahan tidak akan bisa dilangsungkan.
3. Sama Keyakinan
Anggap saja pasangannya sudah ada, jenis kelaminnya berbeda, cantik/tampan, kaya/mapan, seiman, tapi jika beda keyakinan pernikahan juga tidak mungkin bisa dilakukan. Contoh : Pria yakin mau menikah sama sang Wanita, sementara sang Wanita yakin tidak mau menikah sama si Pria.
Setelah kriteria mutlak itu terpenuhi dan ditambah restu dari orang tua dan keluarga, niscaya pernikahan bisa dilakukan (syarat dan ketentuan berlaku).
Mungkin setelah membaca tulisan ini banyak yang mencibir, bahkan menganggap penulis ini gak laku. Yah mungkin memang itu kenyatannya, karena penulis sendiri TBC (Tinggi , Besar, Cakep atau Tergolong Beruang Coklat). Ada juga yang bertanya penulis belum nikah itu menunggu apa sih sebenarnya. Jawabannya cuma satu "nunggu yang mau" , dalam hal ini menunggu pasangan yang mau sama penulis dan pasangan yang penulis mau, hal ini agar tidak melanggar kriteria ke tiga :D.
Note bawah :
Tulisan kali ini agak sensitif, jadi jika memang ada pihak-pihak tertentu yang tidak berkenan penulis mohon maaf sebelumnya. Tujuan dari tulisan ini tidak untuk "menyinggung" pihak manapun, tulisan ini hanya buah pikiran dan pengalaman pribadi penulis saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar