4 Des 2015

Gagal Paham (Bagian Tiga)

Pada suatu waktu penulis sedang bejalan dipusat perbelanjaan, suatu ketika penulis melihat ada seseorang yang tinggi, besar, ganteng. Karena penasaran penulis coba hampiri dan setelah dekat ternyata itu cermin. Selepas itu penulis pun melanjutkan belanja beberapa keperluan untuk casting, karena penulis mau mencoba ikut casting sinetron Ganteng-Ganteng Seringgila. Namun ketika casting penulis gagal dan ditolak dengan alasan ada kriteria kurang, katanya penulis itu hanya Seringgila dan belum ganteng-ganteng (belum lho bukan tidak, berarti ada kemungkinan kedepannya mungkin bisa menjadi).

Sepulang dari tempat casting ternyata turun hujan, memang sekarang ini sudah memasuki musim hujan ya, kalau sudah hujan penulis jadi teringat lagu lawas dari Obbie Mesakh "Yang hujan turun lagi........" karena kalau nanti tiba-tiba hujannya itu naik kita jadi bingung kok hujan itu bisa naik, karena hujan bukanlah harga-harga ataupun rasa cintaku padamu (iya kamu.......) yang akan selalu naik tapi tidak pernah turun lagi. Adapun banyak yang berpendapat hujan itu diawali dengan awan gelap , angin kencang atau dingin, bahkan petir tapi itu tidak akurat sama sekali, karena yang pasti itu hujan selalu diawali dengan huruf "H". Mungkin ada yang belum tau juga kalau hujan itu mentalnya cukup hebat, karena walaupun sering disorakin diawalnya (soalnya diteriaki "hu") namun ia tetap berlangsung tanpa minder sedikitpun.

Kalau sudah musim hujan ini juga pasti selalu diikuti oleh yang namanya banjir, mungkin karena mereka itu sangat karib sekali sehingga kemana-mana sering bersama. Atau mungkin juga si banjir ini ternyata itu "posesif" yang selalu mengikuti kemana perginya si hujan , jika hujan itu pergi sendirian (ini namanya Majas Personifikasi ya, sekalian belajar bahasa Indonesia juga). Kalau di Ibu Kota alias di JKT disingkat aja biar keren, tapi gak pakai angka Empat Delapan ya), ada yang namanya istilah "Banjir Kiriman".  Yang mana ketika tidak turun hujan juga bisa datang air banjir, yang konon katanya air itu berasa dari area hulu atau sekitar daerah Puncak, Bogor (yang ini gak disingkat , biar gak salah pemahaman). Yang penulis bingung itu ongkos kirimnya berapa ya untuk kirim banjir? belum lagi membawanya pakai apa, soalnya susah dikemasnya agar bisa menjadi banjir yang sesuai dengan SNI.

Karena hujan penulis pun berteduh, dan kebetulan ditempat berteduh ada tukang bakso yang sedang berteduh sambil berjualan. Ketika sedang hujan memang enak kalau sambil makan bakso, benar ini sungguh. Penulis pun memesan satu porsi bakso untuk dimakan sambil menunggu hujan reda. Para peneduh (orang yang sedang berteduh) lainnya juga ada beberapa yang pesan juga bakso, terdapat beberapa hal unik yang ditemui pada saat itu , yaitu sebagai berikut :

-Peneduh Pembeli Pertama : "bang bakso satu porsi, dibungkus. sambalnya dipisahkan aja"  Itu cukup kejam kenapa juga sambal harus dipisahkan, apa sih kesalahan sambal itu itu sampai harus dipisahkan dari yang lainnya.

-Peneduh Pembeli Kedua : "bang, baksonya semangkok tapi jangan pakai tahu dan tak perlu digoreng soalnya kan saya maunya bakso bukan batagor"

Ada pula yang lebih unik lagi saat itu yakni pembeli yang sudah selesai makan dan mengembalikan mangkuk dan sendok ke penjual bakso
-Peneduh Pembeli Ketiga : "Bang tadi kok sambel baksonya pedes sih", nah disini penulis berpikir yang namanya sambal/sambel wajar kalau pedas kalau yang manis itu kecap manis ataupun kamu, iya kamu.........



Note bawah :

*Cerita diatas adalah kisah nyata penulis yang "belum" terjadi, ingat "belum" itu beda dengan "tidak" dikarenakan memang tidak sama.

*Untuk yang penasaran siapa itu "kamu......" yang disebut dicerita diatas yang pasti itu orang yang berbeda jenis kelaminnya sama penulis, benar itu sungguh. Dan "belum" bisa dituliskan ataupun disebutkan secara spesifik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar