Saat penulis menginjak serta singgah di Kota Seribu Klenteng di Singkawang, penulis sempat membaca sebuah Artikel Menarik yang ada disebuah ekslempar edaran yang dibagian pada saat Tahun baru imlek dan Capgomeh. Artikel itu Berjudul Ho Si Put Ko Sam atau jika diartikan sesuatu yang baik tidak akan melebihi 3kali.
Pada artikel tersebut topiknya dipersempit menjadi kehidupan nyata. Mungkin kita pernah Melihat si A (bukan nama sebenarnya) itu adalah seorang pekerja keras yang punya nama baik, kejujuran, serta kekayaan yang melimpah. Setelah Si A menikah dan memiliki anak sebut saja B, si A ternyata amat sangat menyayangi B. Bahkan terkadang kasih sayangnya itu berlebihan, sehingga B yang sejak kecil mendapat fasilitas secara mudah, segala kebutuhan terpenuhi Tumbuh menjadi anak yang tidak mengerti apa-apa selain kesenangan.
Pada suatu ketika B tumbuh dewasa , setelah lulus sekolah bahkan mungkin kuliah ditempat yang mungkin mapan serta lingkungan yang setara atas tingkat ekonominya dan pulang ketempat orang tuanya. B disambut dengan "karpet merah" diberikan posisi penting dalam usaha A , padahal B belum tahu apa-apa. Tapi karena si A masih berperan dalam usaha tersebut usaha tersebut tetap berjalan.
Lalu B pun menikah dan punya anak sebut saja C, C sama saja seperti B dalam tumbuh kembangnya dan ceritanya pun mirip seperti diatas sehingga ke generasi selanjutnya. Kejadian yang banyak terjadi adalah usaha tersebut ambruk karena B dan C sebagai generasi ke 2 dan ke 3 dan selanjutnya tidak bisa mengerti apa-apa.
Ibarat seseorang yang hanya menikmati buah dari pohon, tanpa tau bagaimana cara menumbuhkan serta merawat pohonnya. Lama-kelamaan ketika pohon itu mulai tua dan rapuh, mereka tidak mengerti lagi bagaimana cara menanam pohon yang baru.
Hal ini sering terjadi, terkadang ketika orang sedang dalam kondisi sulit mereka berusaha dengan giat dan berperilaku baik. Namun ketika mereka sudah mencapai kemahsyuran, lupa dan terjadilah pola Ho Si Put Ko Sham ini.
Dari sini penulis menyimpulkan (Koreksi saya jika saya salah) , daripada kita memberikan ikan terus menerus kepada keturunan kita. Lebih baik kita memberikan mereka pancing, atau lebih baik lagi kita memberikan ilmu untuk membudidayakan ikan kepada mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar