28 Des 2014

Chikung atau Ji Gong Bhiksu Sinting nan Bijaksana

Sebuah Patung / Rupang / Kimshin Chikung
Ada sebuah legenda dari dataran Tiongkok yang mengisahkan tentang Chikung atau Ji Gong, seorang bhiksu yang selalu berpakaian compang-camping yang gemar minum arak dan makan daging serta kemana-mana membawa kipas kayu tua (koreksi saya jika saya salah).

Chikung ini sering disebut sebagai bhiksu gila atau bhiksu sinting, namun konon kabarnya ia adalah titisan dari Lohan Emas penakluk naga (salah satu dari 18 Lohan murid utama Buddha). Tingkah laku Chikung yang cukup usil dan sering mengganggu orang-orang yang berbuat salah , seperti wakil kepala biara yang gila nama besar, pejabat korup ataupun pedagang licik. Namun pada dasarnya Chikung sendiri dikisahkan berhati baik yang gemar menolong dan terkenal akan kebijakannya.

Berikut adalah beberapa kalimat bijak yang pernah Chikung ucapkan :

1. Seluruh kehidupan telah diatur oleh penguasa. Apalah yang mau dimohon?

2. Hari ini tidak tahu masalah esok. Apalah yang mau di kuatirkan?

3. Kalaulah tidak menghormati orang tua, lalu mengormati junjungan dunia. Apalah arti penghormatan itu?

4. Kakak adik adalah bersaudara. Apalah yang perlu diperebutkan?

5. Anak cucu punya rezeki masing-masing. Apalah yang perlu diperebutkan?

6. Kalau belum mendapat keberuntungan. Apalah yang perlu dipaksakan?

7. Didunia ini sulit menemukan kebahagiaan. Mengapa harus sedih?

8. Berpakaianlah yang sederhana dan sopan. Apalah yang mau dipamerkan?

9. Bagaimana lezatnya makanan, hanyalah sebatas lidah. Mengapa harus rakus?

10. Setelah meninggal tidak sesen pun yang dibawa. Mengapa harus pelit?

11. Senior meluku, junior memetik. Apalah yang mau diperebutkan?

12. Disatu sisi mendapatkan, disisi lain kehilangan. Mengapa harus serakah?

13. Tiga jengkal diatas kepala ada dewa. Mengapa harus mengelabui?

14. Kedudukan, kekayaan, kemuliaan bagaikan mekarnya bunga. Apalah yang mau diangkuhkan?

15. Kekayaan dan kemuliaan orang telah dirintis sebelumnya. Mengapa harus iri?

16. Kehidupan lalu tidak membina, sekarang menderita. Mengapa harus mengeluh?

17. Orang berjudi tidak akan ada hasil yang baik. Apalah yang mau dipermainkan?

18. Membina rumah tangga dengan rajin dan hemat melebihi memohon bantuan orang lain. Apalah yang mau diboroskan?

19. Kalau saling membalas dendam, kapanlah akan berakhir. Mengapa harus bermusuhan?

20. Masalah dunia bagaikan bermain catur. Apalah yang mau diperhitungkan?

21. Orang pintar adakalanya disesatkan oleh kepintarannya? Mengapa harus licik?

22. Berdusta akan mengikis habis rejeki seumur hidup. Mengapa harus berdusta?

23. Segala kesalahpahaman akhirnya akan jernih juga. Apalah yang mau diperdebatkan?

24. Tiada seorangpun juga yang bebas dari masalah. Mengapa harus menyalahkan?

25. Goa nurani didalam hati manusia, bukan digunung. Apalah yang mau dicari?

26. Menipu orang adalah petaka, memaklumi orang adalah berkah. Apalah yang mau diramalkan?

27. Sekali ajal menjemput segala akan berakhir. Apalah yang terus disibukkan?

Itulah Kalimat Bijak yang konon katanya pernah diwarisi Oleh seorang Bhiksu Sinting atau Gila yang bernama Chikung. Terdengar cukup keras dan cenderung kasar, tapi yah memang kalau ditelaah lebih dalam memang begitulah adanya. Mungkin hanya orang-orang yang merasa tersinggung yang memanggil Chikung Bhiksu Gila. Namun banyak juga yang salah mengartikan maksud dari pesan seorang Chikung tersebut.

Jadi yang Gila siapa? Penulis kah? Pembaca kah? Atau kita semua yang sama-sama Gila ???

Tidak ada komentar:

Posting Komentar